Menjalani hubungan percintaan seperti layaknya
sebuah pertemanan atau persahabatan memang bagus, kita bisa menjadi diri kita
sendiri, santai, lepas dan nyaman saat bercanda, dan segalanya pun terasa lebih
seru dan mengasyikan.
Akan tetapi, jangan juga sampai terlalu terlena
dengan “santai”nya hubungan itu…
Terkadang karena terlalu “santai”, kita jadi
lupa untuk lebih menghargai pasangan kita sendiri..
Terutama untuk kita kaum perempuan, sudah
menjadi kodrat kita untuk menghormati pasangan kita (kaum lelaki), karena
mereka adalah calon pemimpin rumah tangga kita kelak, begitu juga sebaliknya…jika
kamu (kaum lelaki) mempunyai pasangan yang menyayangi dan menghormatimu,
janganlah kamu sia-siakan…hargai, dan hormatilah kami (kaum perempuan) layaknya
kau menghormati Ibumu.
Untuk saya pribadi, saya kurang menyukai pria
yang terlalu “mengikuti”, dalam artian…selalu meng’iyakan apa saja yang saya
inginkan…setuju atau tidak setuju, selalu mengikuti apa kemauan saya dan
terlalu “lemah” dengan perempuan. Memang, sosok lelaki yang penurut dengan
wanita itu adalah idaman kebanyakan orang, tapi harusnya dia (kaum lelaki)
mampu mengatakan “TIDAK”, memberi penjelasan atau alasan atas penolakannya
terhadap keinginan kita (kaum perempuan), dan membimbing kita agar bisa
bersama-sama lebih baik.
Kalau mengikuti keegoisan diri sendiri,
mungkin kita (kaum perempuan dan kaum lelaki) akan terlena dengan kemanjaan
yang diberikan oleh pasangan kita, baik itu dari segi materi atau yang
lain-lain…dan karena kita sudah terbiasa dengan “penurutan” atau “kemanjaan”
itu, suatu saat ketika pasangan kita “menolak” keinginan kita, kita jadi
seenaknya memperlakukan mereka, marah, membentak, ngambek, bahkan yang parahnya
jadi bertingkah kasar.
Terkadang seseorang itu terlalu gampang untuk
mengucapkan ma’af atau mema’afkan, namun…isi hati siapa yang tahu ?
Bisa saja mulut berkata “ma’afkan aku..” tapi
dalam hatinya terlintas pemikiran, “tenang saja, dia kan sayang aku, pasti
bakal dima’afin terus sama dia”, well…buang jauh-jauh pemikiran itu, karena
sesabar-sabarnya seseorang, kalau terus saja kau ulangi, kesabarannya akan
habis..dan rasa sakit yang dirasakan akan jauh lebih besar daripada rasa
sayangnya padamu..
Bisa saja mulut berkata “iya aku ma’afkan..”
tapi dalam hatinya berperang…mati-matian dia meredam rasa sakitnya, dan
berusaha menerima permintaan ma’afnya, dengan harapan suatu saat kesalahan itu
tidak akan terulang..but..who’s know ?
Kembali tentang “santai” dalam hubungan..
Santai sih boleh, asal jangan lupa..pikirkan
ke depan..hubunganmu mau kamu bawa kemana. Kalau anda menjalani hubungan hanya
untuk bersenang-senang, ya..itu hak anda, tapi kalau memang hubungan yang
dijalani untuk jangka panjang (pernikahan misalnya), mulai dari masa pacaran
kalian harus belajar bagaimana nantinya jika kalian sudah berumah tangga.
Pria yang baik akan dengan sabar membimbing
pasangannya untuk jadi ibu rumah tangga yang baik (ingat..suami adalah pemimpin
rumah tangga), tapi bukan dalam artian..kita (kaum perempuan) tidak boleh
bekerja diluar atau hanya berkutat dengan bumbu dapur saja ya, meskipun kita
dan pasangan kita sama –sama bekerja, tetap saja..kalau pulang kerumah, kita (kaum
perempuan) adalah seorang ibu rumah tangga yang mempunyai tugas mulia, taat
kepada suami dalam segala hal kecuali kemaksiatan atau hal-hal buruk, memasak, membersihkan rumah, melayani suami,
mengelola keuangan, dll…
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ ۚ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Allah Ta’ala berfirman: Kaum laki-laki itu
adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian
mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka
(laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. (QS. AnNisa’ : 34)
Sumber: http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/12/hak-dan-kewajiban-istri-terhadap-suami.html
Sumber: http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/12/hak-dan-kewajiban-istri-terhadap-suami.html
Dan ingatlah, saat menikah..segala yang kita
jalani saat masa berpacaran akan berbeda. Dan agar nantinya kita tidak
terkejut, ada baiknya mulai dari masa berpacaran kita sama-sama belajar
bagaimana dan apa yang harus dilakukan dalam berumah tangga.
Untuk kaum perempuan, ada baiknya harus tau
hal-hal apa yang dianggap “DURHAKA” kepada suami..
1.
Menentang perintah suami
2.
Tidak mau menemani suami tidur
3.
Berwatak lebih keras daripada suami
4.
Lebih berkuasa daripada suami
5.
Tidak mau bersolek untuk suami
6.
Mengenyampingkan kepentingan suami
untuk orang lain
7.
Keluar rumah tanpa izin suami
8.
Menerima tamu lelaki lain tanpa
sepengetahuan suami
9.
Menceritakan seluk beluk fisik wanita
lain
10. Tidak
mau merawat suami
11. Minta
cerai tanpa alasan yang jelas dan sah
12. Mengambil
harta suami tanpa izin
13. Memberatkan
kebutuhan belanja
14. Melarikan
diri dari rumah
15. Menjauhkan
suami dari keluarganya
Dalam suatu
hadits, diriwayatkan Abdurrahman bin Auf menjelaskan bahwa Rasulullah Saw.
bersabda:
إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَلَمْ تَأْتِهِ فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ
Artinya : “Apabila seorang laki-laki
mengajak istrinya ke ranjangnya, lalu sang istri tidak mendatanginya, hingga
dia (suaminya –ed) bermalam dalam keadaan marah kepadanya, maka malaikat
melaknatnya hingga pagi tiba.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sumber: http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/12/hak-dan-kewajiban-istri-terhadap-suami.html
Sumber: http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/12/hak-dan-kewajiban-istri-terhadap-suami.html
Nah..kalau memang dalam hubungan yang sedang
kita jalani tujuannya untuk sebuah pernikahan, ada baiknya kita dan pasangan
bersama-sama memulai untuk belajar bagaimana menjadi pemimpin rumah tangga dan
istri yang baik, dimulai dari hal yang paling utama…yaitu :
1.
Mengurangi keegoisan diri sendiri
2.
Saling menghargai dan menghormati satu
sama lain
3.
Mengelola keuangan
4.
Belajar memasak (nilai plus cyinttttt)
Cukup sekiannnn buat hari ini, nyambung ga
nyambung…mohon dima’afkan..
Jadi nulis gini, soalnya mendadak kepikiran
aja tentang pernikahan J
Dan beberapa tambahan didapat dari browsing-browsing
gituuuu J
Wassalamu’alaikum..